وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيْهِمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ ۗوَهُوَ عَلٰى جَمْعِهِمْ اِذَا يَشَاۤءُ قَدِيْرٌ ࣖ ٢٩

Wa min āyātihī khalqus-samāwāti wal-arḍi wa mā baṡṡa fīhimā min dābbah(tin), wa huwa ‘alā jam‘ihim iżā yasyā'u qadīr(un).
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhluk melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila Dia menghendaki.

اِنْ يَّشَأْ يُسْكِنِ الرِّيْحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلٰى ظَهْرِهٖۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍۙ ٣٣

Iy yasya' yuskinir-rīḥa fa yaẓlalna rawākida ‘alā ẓahrih(ī), inna fī żālika la'āyātil likulli ṣabbārin syakūr(in).
Jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah (kapal-kapal) itu terhenti di permukaannya (laut). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi tiap-tiap orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur,

فَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۚ ٣٦

Famā ūtītum min syai'in fa matā‘ul-ḥayātid-dun-yā, wa mā ‘indallāhi khairuw wa abqā lil-lażīna āmanū wa ‘alā rabbihim yatawakkalūn(a).
Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۚ ٣٨

Wal-lażīnastajābū lirabbihim wa aqāmuṣ-ṣalāta wa amruhum syūrā bainahum, wa mimmā razaqnāhum yunfiqūn(a).
(juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka. Mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka;

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ ٤٠

Wa jazā'u sayyi'atin sayyi'atum miṡluhā, faman ‘afā wa aṣlaḥa fa ajruhū ‘alallāh(i), innahū lā yuḥibbuẓ-ẓālimīn(a).
Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.

اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّاسَ وَيَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ٤٢

Innamas-sabīlu ‘alal-lażīna yaẓlimūnan-nāsa wa yabgūna fil-arḍi bigairil-ḥaqq(i), ulā'ika lahum ‘ażābun alīm(un).
Sesungguhnya alasan (untuk menyalahkan) itu hanya ada pada orang-orang yang menganiaya manusia dan melampaui batas di bumi tanpa hak (alasan yang benar). Mereka itu mendapat siksa yang sangat pedih.

وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ وَّلِيٍّ مِّنْۢ بَعْدِهٖ ۗوَتَرَى الظّٰلِمِيْنَ لَمَّا رَاَوُا الْعَذَابَ يَقُوْلُوْنَ هَلْ اِلٰى مَرَدٍّ مِّنْ سَبِيْلٍۚ ٤٤

Wa may yuḍlilillāhu famā lahū miw waliyyim mim ba‘dih(ī), wa taraẓ-ẓālimīna lammā ra'awul-‘ażāba yaqūlūna hal ilā maraddim min sabīl(in).
Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah (karena kecenderungan dan pilihannya sendiri), tidak ada baginya pelindung setelah itu. Kamu akan melihat orang-orang zalim, ketika mereka melihat azab, berkata, “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?”

وَتَرٰىهُمْ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا خٰشِعِيْنَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُوْنَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّۗ وَقَالَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ الْخٰسِرِيْنَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَاَهْلِيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ الظّٰلِمِيْنَ فِيْ عَذَابٍ مُّقِيْمٍ ٤٥

Wa tarāhum yu‘raḍūna ‘alaihā khāsyi‘īna minaż żulli yanẓurūna min ṭarfin khafiyy(in), wa qālal-lażīna āmanū innal-khāsirīnal-lażīna khasirū anfusahum wa ahlīhim yaumal-qiyāmah(ti), alā innaẓ-ẓālimīna fī ‘ażābim muqīm(in).
Kamu akan melihat mereka dihadapkan kepadanya (neraka) dalam keadaan tertunduk karena (merasa) hina. Mereka memperhatikan dengan pandangan yang lesu. Orang-orang yang beriman berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari Kiamat.” Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang zalim itu berada dalam azab yang kekal.

وَمَا كَانَ لَهُمْ مِّنْ اَوْلِيَاۤءَ يَنْصُرُوْنَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ سَبِيْلٍ ۗ ٤٦

Wa mā kāna lahum min auliyā'a yanṣurūnahum min dūnillāh(i), wa may yuḍlilillāhu famā lahū min sabīl(in).
Mereka tidak akan mempunyai pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Siapa pun yang disesatkan oleh Allah (berdasarkan kecenderungan dan pilihannya sendiri) tidak akan ada jalan baginya (untuk mendapat petunjuk).

اِسْتَجِيْبُوْا لِرَبِّكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهٗ مِنَ اللّٰهِ ۗمَا لَكُمْ مِّنْ مَّلْجَاٍ يَّوْمَىِٕذٍ وَّمَا لَكُمْ مِّنْ نَّكِيْرٍ ٤٧

Istajībū lirabbikum min qabli ay ya'tiya yaumul lā maradda lahū minallāh(i), mā lakum mim malja'iy yauma'iżiw wa mā lakum min nakīr(in).
Penuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari (Kiamat) yang tidak dapat ditolak. Pada hari itu kamu tidak akan mempunyai tempat berlindung dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).

فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗاِنْ عَلَيْكَ اِلَّا الْبَلٰغُ ۗوَاِنَّآ اِذَآ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا ۚوَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ ۢبِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ فَاِنَّ الْاِنْسَانَ كَفُوْرٌ ٤٨

Fa in a‘raḍū famā arsalnāka ‘alaihim ḥafīẓā(n), in ‘alaika illal-balāg(u), wa innā iżā ażaqnal-insāna minnā raḥmatan fariḥa bihā, wa in tuṣibhum sayyi'atum bimā qaddamat aidīhim fa'innal-insāna kafūr(un).
Jika mereka berpaling, (ingatlah) Kami tidak mengutus engkau sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sedikit dari rahmat Kami, dia gembira karenanya. Akan tetapi, jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, (niscaya mereka ingkar). Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar (pada nikmat).

لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ ٤٩

Lillāhi mulkus-samāwāti wal-arḍ(i), yakhluqu mā yasyā'(u), yahabu limay yasyā'u ināṡaw wa yahabu limay yasyā'uż-żukūr(a).
Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,

۞ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحْيًا اَوْ مِنْ وَّرَاۤئِ حِجَابٍ اَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلًا فَيُوْحِيَ بِاِذْنِهٖ مَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ عَلِيٌّ حَكِيْمٌ ٥١

Wa mā kāna libasyarin ay yukallimahullāhu illā waḥyan au miw warā'i ḥijābin au yursila rasūlan fa yūḥiya bi'iżnihī mā yasyā'(u), innahū ‘aliyyun ḥakīm(un).
Tidak mungkin bagi seorang manusia untuk diajak berbicara langsung oleh Allah, kecuali dengan (perantaraan) wahyu, dari belakang tabir, atau dengan mengirim utusan (malaikat) lalu mewahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَا ۗمَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَا ۗوَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ ٥٢

Wa każālika auḥainā ilaika rūḥam min amrinā, mā kunta tadrī mal-kitābu wa lal-īmānu wa lākin ja‘alnāhu nūran nahdī bihī man nasyā'u min ‘ibādinā, wa innaka latahdī ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur’an) cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ ٩

Wa la'in sa'altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa layaqūlunna khalaqahunnal-‘azīzul-‘alīm(u).
Jika kamu menanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,” pastilah mereka akan menjawab, “Yang menciptakannya adalah Zat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

وَالَّذِيْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍۚ فَاَنْشَرْنَا بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًا ۚ كَذٰلِكَ تُخْرَجُوْنَ ١١

Wal-lażī nazzala minas-samā'i mā'am biqadar(in), fa'ansyarnā bihī baldatam maitā(n), każālika tukhrajūn(a).
Yang menurunkan air dari langit dengan suatu ukuran, lalu dengan air itu Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus). Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).

لِتَسْتَوٗا عَلٰى ظُهُوْرِهٖ ثُمَّ تَذْكُرُوْا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ اِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُوْلُوْا سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَۙ ١٣

Litastawū ‘alā ẓuhūrihī ṡumma tażkurū ni‘mata rabbikum iżastawaitum ‘alaihi wa taqūlū subḥānal-lażī sakhkhara lanā hāżā wa mā kunnā lahū muqrinīn(a).
agar kamu dapat duduk di atas punggungnya. Kemudian jika kamu sudah duduk (di atas punggung)-nya, kamu akan mengingat nikmat Tuhanmu dan mengucapkan, “Maha Suci Zat yang telah menundukkan (semua) ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.

وَجَعَلُوْا لَهٗ مِنْ عِبَادِهٖ جُزْءًا ۗاِنَّ الْاِنْسَانَ لَكَفُوْرٌ مُّبِيْنٌ ۗ ࣖ ١٥

Wa ja‘alū lahū min ‘ibādihī juz'ā(n), innal-insāna lakafūrum mubīn(un).
Mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bagian dari-Nya.*) Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar (nikmat Tuhan) yang nyata.
*) Orang-orang musyrik mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah. Padahal, malaikat itu sebagian dari makhluk dan ciptaan-Nya.

وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌ ١٧

Wa iżā busysyira aḥaduhum bimā ḍaraba lir-raḥmāni maṡalan ẓalla wajhuhū muswaddaw wa huwa kaẓīm(un).
Apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira tentang sesuatu (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya merah padam karena menahan sedih (dan marah).

اَوَمَنْ يُّنَشَّؤُا فِى الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِى الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِيْنٍ ١٨

Awamay yunasysya'u fil-ḥilyati wa huwa fil-khiṣāmi gairu mubīn(in).
Apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang tumbuh dan berkembang (dengan tabiat) selalu berhias diri, sedangkan dia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam pertengkaran.*)
*) Ayat ini menggambarkan keadaan perempuan Arab pada waktu Al-Qur’an diturunkan. Mereka hanya dijadikan perhiasan atau tidak diberi kesempatan dalam pendidikan sehingga kurang pengetahuannya serta tidak mampu bersikap tegas dan jelas.

وَجَعَلُوا الْمَلٰۤىِٕكَةَ الَّذِيْنَ هُمْ عِبٰدُ الرَّحْمٰنِ اِنَاثًا ۗ اَشَهِدُوْا خَلْقَهُمْ ۗسَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْـَٔلُوْنَ ١٩

Wa ja‘alul-malā'ikatal-lażīna hum ‘ibādur raḥmāni ināṡā(n), asyahidū khalqahum, satuktabu syahādatuhum wa yus'alūn(a).
Mereka menganggap para malaikat, hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu, berjenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaannya? Kelak kesaksian (yang mereka karang sendiri itu) akan dituliskan dan akan dimintakan pertanggungjawaban.

وَقَالُوْا لَوْ شَاۤءَ الرَّحْمٰنُ مَا عَبَدْنٰهُمْ ۗمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ اِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَۗ ٢٠

Wa qālū lau syā'ar-raḥmānu mā ‘abadnāhum, mā lahum biżālika min ‘ilm(in), in hum illā yakhruṣūn(a).
Mereka berkata, “Sekiranya (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki, tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang itu. Mereka hanyalah menduga-duga belaka.

وَكَذٰلِكَ مَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍۙ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ ۙاِنَّا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمْ مُّقْتَدُوْنَ ٢٣

Wa każālika mā arsalnā min qablika fī qaryatim min nażīr(in), illā qāla mutrafūhā, innā wajadnā ābā'anā ‘alā ummatiw wa innā ‘alā āṡārihim muqtadūn(a).
Demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Nabi Muhammad) ke suatu negeri. Orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan kami hanya mencontoh jejak mereka.”

۞ قٰلَ اَوَلَوْ جِئْتُكُمْ بِاَهْدٰى مِمَّا وَجَدْتُّمْ عَلَيْهِ اٰبَاۤءَكُمْۗ قَالُوْٓا اِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ ٢٤

Qāla awalau ji'tukum bi'ahdā mimmā wajattum ‘alaihi ābā'akum, qālū innā bimā ursiltum bihī kāfirūn(a).
Dia (pemberi peringatan) berkata, “Masihkah kamu (mengikuti jejak nenek moyangmu), sekalipun aku membawa (agama) yang lebih baik panduannya daripada apa yang kamu peroleh dari nenek moyangmu itu?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami (tetap) mengingkari kerasulanmu.”

وَجَعَلَهَا كَلِمَةً ۢ بَاقِيَةً فِيْ عَقِبِهٖ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَۗ ٢٨

Wa ja‘alahā kalimatam bāqiyatan fī ‘aqibihī la‘allahum yarji‘ūn(a).
Dia (Ibrahim) menjadikannya (kalimat tauhid) perkataan yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepadanya).*)
*) Nabi Ibrahim a.s. menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya sehingga kalau di antara mereka ada yang mempersekutukan Allah, mereka diharapkan segera kembali pada tauhid itu.

بَلْ مَتَّعْتُ هٰٓؤُلَاۤءِ وَاٰبَاۤءَهُمْ حَتّٰى جَاۤءَهُمُ الْحَقُّ وَرَسُوْلٌ مُّبِيْنٌ ٢٩

Bal matta‘tu hā'ulā'i wa ābā'ahum ḥattā jā'ahumul-ḥaqqu wa rasūlum mubīn(un).
Bahkan Aku telah memberikan kenikmatan hidup kepada mereka dan nenek moyang mereka sampai kebenaran (Al-Qur’an) datang kepada mereka beserta seorang Rasul yang memberi penjelasan.*)
*) Sebagian keturunan Nabi Ibrahim a.s. melupakan tauhid serta tidak mensyukuri kenikmatan dan kehidupan yang dianugerahkan Allah. Allah tidak segera mengazab mereka. Sebaliknya, Allah memberi mereka kenikmatan hingga Dia menurunkan Al-Qur’an serta mengutus seorang rasul untuk membimbing mereka.

اَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَتَ رَبِّكَۗ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗوَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ٣٢

Ahum yaqsimūna raḥmata rabbik(a), naḥnu qasamnā bainahum ma‘īsyatahum fil-ḥayātid-dun-yā, wa rafa‘nā ba‘ḍahum fauqa ba‘ḍin darajātil liyattakhiża ba‘ḍuhum ba‘ḍan sukhriyyā(n), wa raḥmatu rabbika khairum mimmā yajma‘ūn(a).
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

وَلَوْلَآ اَنْ يَّكُوْنَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً لَّجَعَلْنَا لِمَنْ يَّكْفُرُ بِالرَّحْمٰنِ لِبُيُوْتِهِمْ سُقُفًا مِّنْ فِضَّةٍ وَّمَعَارِجَ عَلَيْهَا يَظْهَرُوْنَۙ ٣٣

Wa lau lā ay yakūnan-nāsu ummataw wāḥidatal laja‘alnā limay yakfuru bir-raḥmāni libuyūtihim suqufam min fiḍḍatiw wa ma‘ārija ‘alaihā yaẓharūn(a).
Seandainya bukan karena (Kami tidak menghendaki) manusia menjadi satu umat (yang kufur), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang ingkar kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dan tangga-tangga yang mereka naiki dari perak.

وَزُخْرُفًاۗ وَاِنْ كُلُّ ذٰلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَالْاٰخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِيْنَ ࣖ ٣٥

Wa zukhrufā(n), wa in kullu żālika lammā matā‘ul-ḥayātid-dun-yā, wal-ākhiratu ‘inda rabbika lil-muttaqīn(a).
(Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan hidup dunia, sedangkan (kenikmatan hidup) akhirat di sisi Tuhanmu (dikhususkan) bagi orang-orang bertakwa.

حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَنَا قَالَ يٰلَيْتَ بَيْنِيْ وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِيْنُ ٣٨

Ḥattā iżā jā'anā qāla yā laita bainī wa bainaka bu‘dal-masyriqaini fa bi'sal-qarīn(u).
Sehingga, apabila dia (orang yang berpaling itu) datang kepada Kami (pada hari Kiamat) dia berkata, “Aduhai, sekiranya (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat! Memang (setan itu) teman yang paling buruk (bagi manusia).”

وَسْـَٔلْ مَنْ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُّسُلِنَآ ۖ اَجَعَلْنَا مِنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِ اٰلِهَةً يُّعْبَدُوْنَ ࣖ ٤٥

Was'al man arsalnā min qablika mir rusulinā, aja‘alnā min dūnir-raḥmāni ālihatay yu‘badūn(a).
Tanyakanlah (Nabi Muhammad) kepada (pengikut) rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menjadikan selain (Allah) yang Maha Pengasih sebagai tuhan-tuhan yang disembah?”

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَقَالَ اِنِّيْ رَسُوْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٤٦

Wa laqad arsalnā mūsā bi'āyātinā ilā fir‘auna wa mala'ihī fa qāla innī rasūlu rabbil-‘ālamīn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami kepada Fir‘aun dan para pemuka (kaum)-nya. Dia (Musa) berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam.”

وَمَا نُرِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ اِلَّا هِيَ اَكْبَرُ مِنْ اُخْتِهَاۗ وَاَخَذْنٰهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ٤٨

Wa mā nurīhim min āyatin illā hiya akbaru min ukhtihā, wa akhażnāhum bil-‘ażābi la‘allahum yarji‘ūn(a).
Tidaklah Kami perlihatkan suatu mukjizat kepada mereka kecuali ia (mukjizat itu) lebih besar daripada mukjizat (sebelumnya) dan Kami timpakan kepada mereka azab agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

وَقَالُوْا يٰٓاَيُّهَ السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَۚ اِنَّنَا لَمُهْتَدُوْنَ ٤٩

Wa qālū yā ayyuhas-sāḥirud‘u lanā rabbaka bimā ‘ahida ‘indak(a), innanā lamuhtadūn(a).
Mereka berkata, “Wahai penyihir,*) berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.”
*) Kata penyihir tidak mereka gunakan untuk tujuan menghina, tetapi justru untuk menghormati karena mereka sangat mengagungkan ilmu sihir.

وَنَادٰى فِرْعَوْنُ فِيْ قَوْمِهٖ قَالَ يٰقَوْمِ اَلَيْسَ لِيْ مُلْكُ مِصْرَ وَهٰذِهِ الْاَنْهٰرُ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِيْۚ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَۗ ٥١

Wa nādā fir‘aunu fī qaumihī qāla yā qaumi alaisa lī mulku miṣra wa hāżihil-anhāru tajrī min taḥtī, afalā tubṣirūn(a).
Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku, bukankah Kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai itu mengalir di bawah (istana-istana)-ku. Apakah kamu tidak melihat?

وَقَالُوْٓا ءَاٰلِهَتُنَا خَيْرٌ اَمْ هُوَ ۗمَا ضَرَبُوْهُ لَكَ اِلَّا جَدَلًا ۗبَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ ٥٨

Wa qālū a'ālihatunā khairun am huw(a), mā ḍarabūhu laka illā jadalā(n), bal hum qaumun khaṣimūn(a).
Mereka berkata, “Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu, kecuali dengan maksud membantah saja. Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.

وَاِنَّهٗ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِۗ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ ٦١

Wa innahū la‘ilmul lis-sā‘ati falā tamtarunna bihā wattabi‘ūn(i), hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
Sesungguhnya dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu ragu tentang (kiamat) itu dan ikutilah (petunjuk)-Ku. Ini adalah jalan yang lurus.

وَلَمَّا جَاۤءَ عِيْسٰى بِالْبَيِّنٰتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِاُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِيْ تَخْتَلِفُوْنَ فِيْهِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ٦٣

Wa lammā jā'a ‘īsā bil-bayyināti qāla qad ji'tukum bil-ḥikmati wa li'ubayyina lakum ba‘ḍal-lażī takhtalifūna fīh(i), fattaqullāha wa aṭī‘ūn(i).
Ketika Isa datang membawa bukti-bukti yang nyata, dia berkata, “Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk aku jelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatilah aku.

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِّنْ ذَهَبٍ وَّاَكْوَابٍ ۚوَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الْاَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْاَعْيُنُ ۚوَاَنْتُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَۚ ٧١

Yuṭāfu ‘alaihim biṣiḥāfim min żahabiw wa akwāb(in), wa fīhā mā tasytahīhil-anfusu wa talażżul-a‘yun(u), wa antum fīhā khālidūn(a).
Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas dan di dalamnya (surga) terdapat apa yang diingini oleh hati dan dipandang sedap oleh mata serta kamu kekal di dalamnya.