وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرٰى لِاُولِى الْاَلْبَابِ ٤٣

Wa wahabnā lahū ahlahū wa miṡlahum ma‘ahum raḥmatam minnā wa żikrā li'ulil-albāb(i).
Kami anugerahkan (pula) kepadanya (Ayyub) keluarganya dan (Kami lipat gandakan) jumlah mereka sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.*)
*) Nabi Ayyub a.s. menderita penyakit kulit beberapa waktu lamanya. Dia memohon kepada Allah Swt. untuk disembuhkan. Allah Swt. mengabulkan permohonan tersebut dan memerintahkannya untuk mengentakkan kaki ke tanah. Nabi Ayyub a.s. menaati perintah itu. Maka, keluarlah air dari bekas entakan kakinya. Dia mandi dan minum dari air itu. Dia pun sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Mereka kemudian berkembang biak dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Pada suatu ketika, Nabi Ayyub a.s. teringat akan sumpahnya untuk memukul istrinya apabila ia sembuh dari sakitnya lantaran sang istri pernah lalai mengurusnya ketika dia masih sakit. Namun, timbul rasa iba dan sayang kepada istrinya sehingga dia urung memenuhi sumpah tersebut. Maka, turunlah petunjuk Allah Swt. dalam ayat 44 bahwa dia dapat melaksanakan sumpahnya tanpa perlu menyakiti istrinya, yaitu dengan memukulnya dengan seikat rumput.